'Ayo del bangunnnn' jam waker yang bervn suara Azka pun sudah terdengar berulang kali saat aku baru saja bangun, sekarang sudah jam 5 pagi dan aku harus bergegas untuk pergi ke sekolah. Sebelum aku mandi aku mengingat kembali bagaimana azka memberikan jam itu di hari  ulang tahunku yang ke 16, jam itu yang membangunkanku setiap harinya. Lewat jam waker itu juga, aku selalu berada dekat dengan azka walaupun dia jauh. Ya, Azka harus melanjutkan sekolahnya di Bandung karena ia harus mengikuti orang tuanya yang ditugaskan oleh perusahaannya untuk berdinas di Bandung. Sedangkan aku melanjutkan sekolahku di Jakarta.

Azka adalah teman yang aku kenal sejak kita sama-sama duduk di bangku smp, aku tidak pernah mengira akan begitu dekat dengan Azka. Azka adalah orang yang pendiam, tapi bukan berarti dia tidak perhatian terhadap sekelilingnya. Dia cowok yang almost perfect, dia tinggi, handsome, putih dengan tatapan cool yang tak pernah lepas dari matanya. Aku akan berterus terang, bahwa aku menyukainya. Tapi, aku rasa aku tak pantas memiliki perasaan seperti ini terhadapnya. Dapat dekat dan akrab dengannya saja aku sudah bahagia, jadi aku tidak akan berharap lebih, karena hal itu akan menyakiti perasaanku sendiri. Ketika aku berikan senyuman, dia juga membalas senyuman itu, ketika sikapku sedikit berubah, dia selalu menanyakan mengapa, dan ketika aku membutuhkan bantuan dia selalu datang.

2 tahun yang lalu, pertama kali mataku melihatnya. Ia memasuki ruang kelasku, dengan sikap cool yang ia tampakkan membuatku terpaku menatapnya. Ia tak menghiraukan orang di sekelilingnya yang tampak sibuk dengan urusan mereka masing-masing, tatapannya fokus namun cenderung semu. Aku tak dapat membaca ekspresi itu, ekspresi yang terlalu rumit untuk ku pahami.ia bejalan melewatiku dan duduk di bangku samping kiri ku, jaraknya hanya satu langkah dengan bangku yang aku tempati.

“hai…” dengan berani aku mulai menyapa teman baruku itu. Ia hanya menatapku dengan tatapan semunya,
“Aku Adel, kamu?” Tiba-tiba aku nervous,…
“Azka…” ia tersenyum dingin, ia mengulurkan tangan untuk menjabat tanganku. Aku dan Adit berjabat tangan selama 5 detik lamanya, hatiku terasa meledak.
“salam kenal” aku pun membalas senyumannya.

Karena ini hari pertama semester baru dimulai, pelajaran tidak berjalan sesuai semestinya. Banyak jam kosong, sehingga sebagian besar siswa menghabiskan jam kosong mereka dengan bermain di dalam ruang kelas. ada yang bermain pesawat dari kertas, ada yang sedang bercerita tentang pengalaman-pengalaman aneh, ada yang sedang sibuk piket, ada pula yang sibuk dengan handphone dan laptop yang mereka bawa. Tapi ada satu orang yang tampak damai dan menyendiri di bangkunya, ya… Adit, tak seperti yang lainnya, ia hanya diam dengan headset di kedua telinganya, ia tidak bersuara hanya sedikit tertunduk membaca komik di atas mejanya.


***

Hari ini adalah liburan semester, dan kebetulan azka ingin mengunjungiku di jakarta. Ia berjanji akan menemuiku di cafe favorit kita yang letaknya tida jauh dari SMP ku. Dulu kami sering mengunjungi cafe itu ketika kami pulang sekolah. Namun sekarang, aku hanya mengunjunginya mungkin hanya dua minggu sekali sekedar untuk mengingat kembali kenangan-kenangan yang aku buat bersama azka. Sudah hampir 30 menit aku menunggunya tapi batang hidungnya saja bahkan aku belum melihatnya. Ketika aku memutuskan untuk pergi dari cafe itutiba-tiba saja ada dua orang yang membuka pintu cafe. Aku memperhatikan orang itu dan benar saja itu adalah azka, namun ia bersama seorang perempuan yang tidak aku kenal.

“Hai del, apa kabar?” sapa azka sambil menarik bangku dan duduk dihadapanku
“alhamdulillah baik ka, kamu sendiri gimana?” jawabku dan kembali bertanya
“alhamdulillah...”.  jawab azka yang menggantungkan jawabannya
“Alhamdulillah baik?” Pikirku
“buruk..., kamu tau del nilai ulangan semester aku kemarin turun, belum lagi orang tauku yang mengurangi jatah uang bulanan ku karena nilaiku itu, dan ...” ucap azka dengan semangat namun aku segera memotongnya
“et, kok ngegas si kamu? Kenalin dulu tuh siapa cewe yang disebelah kamu.” Aku begitu senang melihat azka bersemangat untuk bercerita  kepadaku tetapi masih ada yang mengganjal dalam hatiku ,siapakah wanita yang bersama azka itu karena itu aku memotong ceritanya
“Hahaha..., ohiya kenalin ini Annisa teman ku dari bandung, dia aku ajak karena dia lagi libur dan enggak tau mau kemana jadi aku ajak aja buat kejakarta sekalian kita liburan” Jawab azka
“Hai sin, temen apa demennya iid hahaha? Aku safira temen dari smp nya si tinta ini”  kataku sambil melempar senyum walaupun aku masih sebal karena azka mengajak orang lain
“Hai aku Annisa, Cuma temenan kok sama azka” Jawab annisa dan langsung menjabat tanganku yang sudah aku sodorkan sedari aku memperkenalakan diriku
“Ehh kamu ini, ga lah kita temen biasaa” Sambung azka, sintha hanya tersipu malu.
“ohiya bagaimana kabar si garfield del?” tanya azka yang mungkin untk mencairkan suasana diantara kami yang mulai canggung
“Ih temen gini yaa, dimana mana tuh yaa udah lama ga ketemuu tanya kek kabar kamu gimana saf makin cantik aja, gitu kek ini mah malah nanya si garfield, ngomong-ngomong si garfield baik baik aja walaupun udah ditinggal ayahya selama 6 bulan ini “ kataku dengan melemparkan senyum yang penuh tanda tanya
“hah? Siapa ayahnya? Jahat banget tuh masa garfield ditinggal berbulan bulan, kan kasihan dia sendirian untung ada kamu” kata azaka dengan innocent facenya
“kamu ka, kamu ayahnya, astagfirullah baru sehari ketemu aja udah bisa bikin kesel” jawabku dengan nada sedikit kesal karena rencana ku membuat azka kebingungan tidak berhasil.
“aduh temanku baper euy, kamu teh engges geulis pisan atuh neng haha' si iid nanggepinnya gitu yaa. “
Ohiya garfield adalah kucing peliharaanku dulu azka senang sekali berain bersama garfield entah itu mengelusnya ataupun hanya duduk dipangkuannya. Aku melihat seperti ada ikatan diantara garfield dan azka.


***

Setelah beberapa hari berlalu, antara aku dan Annisa terjalin hubungan yang cukup erat. kita sering chat via line, dan akhirnya aku tau kalo si Annissa ini ternyata suka sama iid, dan aku ada niat untuk comblangin mereka. Ya, walaupun hatiku sakit mengetahui bahwa Annisa menyukai Azka tapi aku berharap bahwa Annisa adalah orang yang tepat untuk menjadi pacar Azka

Hari ini tepat seminggu Azka liburan di jakarta. Sabtu malam ini, Azka dateng ke rumah membawa pizza dan beberapa film horror layaknya pacar lama tak bertemu. kita nonton film, makan pizza. Filmnya horror gitu, terus aku malah nanya

“kok kamu ga ke tempat Annisa si, malah ke sini”  tanyaku.
“Jadi pacar kamu ini gaboleh nih kesini?haha” jawab Azka
“heh”.sanggahku, aku sebenarnya sangat terkejut dengan jawaban Azka anmun aku ingat tujuanku untuk menjodohkan Azka dengan Annisa dan aku berharap semuaitu akan berjalan lancar.

Azka memang teman dekatku tapi ia tipikal orang yang sangat tertutup, selama aku kenal dengan Azka tidak pernah sekalipun aku mengetahui perempuan yang dekat dengan Azka.

“Iid kamu gimana si sama Annisa? kamu ga ada rencana mau nembak dia gitu? Annisa baik tauu, aku juga deket sama dia, kurestui kau berpoligami pak hahaha” tanyaku sambil beradegan istri yang merestui suaminya berpoligami haha.
“Aduh adindaa, kakanda tak tega bila harus menduaa hahaha. Ih lu gila yee” Jawab Azka
“Aku serius iid, jadian sama Annisaaa” rengekku.
“Kamu bahagia kalo aku jadian sama Annisa del?” tanya Azka yang langsung berubah wajahnya.
“ih iyaalah, aku seneng kalo kamu seneng ka” jawabku dengan meyakinkan Azka, sebenarnya hatiku sakit harus memaksakan azka jadian dengan Annisa, tetapi sebagai teman yang baik aku harus mengesmpingkan urusan hatiku demi yang terbaik untuk Azka
“Oke aku bakal jadian sama Annisa”  jawab iid sambil meninggalkan rumah.

Sejak itu, aku tak pernah melihat Azka lagi, dia balik ke Bandung dan yang aku dengar ia memang jadian dengan Annisa seperti yang ku minta. Dari hari itu pula, aku merasa ada yang hilang tanpa tau apa yang sudahku raih dan terus mencari tanpa tau apa yang telah hilang.

***

2 bulan berlalu dan sampai sekarang aku masih belum mendengar kabar dari Azka. Aku tidak tahu bagaimana kabarnya dan dimana ia sekarang. Ketika aku sedang memikirkan tentang Azka tiba tiba saja ada line masuk dari Annisa

“Hi saf, aku mau ketemu sama kamu, aku tunggu ya jam 4 sore di cafe biasa” begitulah kira kira isi pesan singkat yang dikirimkan oleh Shinta

Jam menunjukkan pukul 3 sore dan itu artinya 1 jam lagi aku akan menemui Annisa. Banyak pertanyaan yang ingin aku lontarkan kepada dia , tentang bagaimana hubungannya selama ini dengan Azka dan yang paling penting kemana Azka selama ini. Setelah brdandan aku melajukan mobilku ke cafe tempat biasa kamu bertemu, kembali memoriku mengingat kembalii bagaimana kenangan kenangan indah yng kubuat bersama Azka. Dan akhirnya aku sampai didepan cafe. Ketika aku membuka pintu cafe ternyata Annisa sudah menungguku, langsung saja aku menemui dirinya dan Aku banyak bertanya padanya, bagaimana hubungan ia dengan Azka. Dia menjelaskan bagaimana hubungannya selama ini dengan Azka, aku terkejut saat aku tahu kalau ternyata Azka jadian sama Annisa karna mau membuat aku bahagia, menurut Annisa, Azka dari dulu memang ada rasa sama aku, tapi dia ga berani untuk menyatakannya karna gamau ngerusak persahabatan kita. Tanpa aku sadar air mataku menetes satu persatu, aku menangisi semua yang telah iid korbankan untukku, dan ini lah hal yang aku rasakan hilang tanpa tau apa yang sudah diraih. Azka, aku sama sekali tidak mengetahui kabarnya sama sekali.

Untuk mengobati kerinduanku aku Hari ini aku mengunjungi sekolah lamaku karena akan diadakan reuni akbar, sekolah baruku mengadakan libur khusus selama satu minggu. Aku berdiri di depan kelas lamaku. Tampak beberapa mata para junior memandangiku, kemudian aku keluar. Saat aku berada di koridor sekolah, aku melihat beberapa teman-teman lamaku. Saat itu sedang jam istirahat, mereka bilang mereka sangat merindukanku, akupun demikian. Setelah beberapa saat aku melepas rasa rindu bersama teman-temanku, kemudian aku berjalan menuju mading sekolah. Aku melihat sosok yang tak asing bagiku, mataku menelusuri sediap detail sudut ekspresinya.


“Azka…” tebak ku. Ia memandangku dan diam sejenak,
“masih ingat aku nggak?” tambahku.
“Adel kan.” Ada simpul senyum di bibirnya.
“iya. Aku kira kamu udah lupa sama aku.” Ku lontarkan nada canda kepadanya.
“sempat pangling sih… Rambut kamu dulukan agak pendek. Sekarang panjang gitu” tatapan semu dan dinginnya membuat perasaan itu tumbuh lagi.
“bisa aja kamu Ka…” pembicaraan itu berakhir karena bel pelajaran telah berdering.

Dua hari telah berakhir, ini adalah hari ke-enam aku berlibur disini. Dan hari ini adalah hari Minggu, sebuah pesan singkat membuatku terpaku. Azka mengajakku jalan-jalan, tanpa pikir panjang, setelah aku bersiap-siap, aku menuju ke tempat yang telah disepakati. Ternyata Azka telah menungguku disana, di taman bunga dekat dengan tempat pertandingan basket dulu. Entah mengapa kisah-kisah yang dulu terbayang kembali, saat-saat indah bersama Adit. Kami saling bercerita dan bercanda seakan saling melepas rasa rindu yang ada dalam diri kami berdua.

“besok aku pergi. Makasih ya untuk hari ini.” Ketika hendak pulang aku mengucapkan terimakasih padanya,
“iya… sama-sama.” Kemudian kami saling diam untuk beberapa saat. Hanya tatapan mata kami yang seakan berbicara bahwa perasaan itu datang lagi.
“oh iya Del… aku suka sama kamu.” Kata-kata itu yang selalu aku nantikan dari seorang Azka, akhirnya aku mendapatkannya.
“aku juga suka Ka sama kamu.” Senyum tulus ini ku berikan padanya.
“sebenernya dari dulu sih aku suka sama kamu Ka. Dulu aku juga berharap kamu suka sama aku, eh, taunya malah se ternyata Annisa juga suka sama kamu , aku bodoh banget udah ngelepasin kamu buat Annisa. Padahal Cuma kamu yang aku mau. Setelah jarak antara kita jauh banget, hehehe. Sayang banget ya Ka. Ehh, tapi aku seneng. Akhirnya kamu tau kalo aku suka sama kamu dan kamu suka sama aku.” Entah mengapa kata-kata itu mengalir dengan lancar.
“aku juga Del. Makasih atas perasaannya.” Senyuman Azka tulus walaupun tatapannya semu, aku tahu itu.
“iya sama-sama Ka. Dulu aku ppernah berpikir. Cukup tahu aku suka sama kamu dan kamu juga suka sama aku. Itu aja udah bikin aku seneng banget Ka.” Setelah kami saling meluapkan isi hati yang tak sempat tersampaikan, akhirnya kami pulang.

Keesokan harinya Azka bergegas untuk kembali ke tempat dimana ia bekerja telah menunggu untuk memulai pelajaran. Adit mengantarku sampai di Air port,

“jangan lupa tetap hubungi aku ya Ka.”
“iya. Kamu juga ya Del.”

Setelah itu hingga kini, aku belum melihat Azka lagi. Aku tidak dapat mengunjungi daerah lamaku karena kesibukanku. Tapi kami masih sering kirim mengirimii pesan singkat melalui handphone, hingga aku merasa bahwa kami masih dekat. Diantara kami tidak ada kata ‘jadian’ padahal dari dulu aku berharap dia menyatakan perasaannya sekaligus meminta padaku untuk menjadi pacarnya, namun itu tidak terjadi. Yang terjadi adalah dia hanya menyatakan perasaannya tanpa memintaku utnuk menjadi orang teristimewa adalam hidpnya. Tapi tak apa, setidaknya di antara kami juga tidak ada kata ‘putus’ karena jika itu terjadi maka aku tidak akan pernah dapat memilikinya lagi. Biarkanlah waktu yang akan menyatakanku untuk menjadi seseorang yang teristimewa bagi Azka.

Hati seseorang itu bagaikan kacang tanah, bagaimana bisa kita tahu ada biji di dalamnya jika kita tidak membuka kulitnya. Jadi, bagaimana seseorang tahu kita menyukainya jika kita belum membuka hati kita dan menunjukkan padanya tentang isi hati kita. Dan baiknya ketika dia sudah tahu, itu sudah cukup untuk membuat kita lega tanpa harus berharap lebih akan mendapat jawaban YA atau TIDAK. Karena ketulusan itu tanpa imbalan. #sabtulis

0 comments:

Post a Comment

 
Top